Apa
yang ada di pikiran kalian jika kalian membaca atau mendengar kata ‘pustaka’ ?
Buku bertingkat-tingkat, begitu formal,
kacamata tebal, atau culun? eiits tunggu dulu. Atau di sini ada yang belum tau
pustaka ya. Siapa yang belum tau apa itu pustaka? coba tunjuk jari. Bahaya nih kalau belum pada tau. Nah,
sebelum mulai panjang lebar dan jauh dekat, aku mau bilang dulu seperti apa
pustaka itu.
(sumber:
Google)
Pustaka (red: perpustakaan) adalah suatu tempat, gedung, ruang yang disediakan untuk
pemeliharaan dan penggunaan koleksi buku, majalah, dan bahan kepustakaan
lainnya untuk dibaca, dipelajari, dan dibicarakan (sumber: KBBI). Kita bisa
menemukannya di sekolah, universitas, kantor dan juga ada perpus khusus untuk
wilayah daerah.
Tak
bisa dipungkiri, jika mendengar kata pustaka yang langsung ada di pikiran adalah
buku-buku, tempatnya orang yang pakai kacamata tebal, orang yang culun ataupun
orang yang engga gaul (red: kurang update).
Ini tahun berapa sih? Kok masih aja berpikir seperti itu. Aku
akan menceritakan sedikit tentang sebuah pustaka universitas aku
kuliah sekarang, Universitas Syiah Kuala (Unsyiah). Semoga saja hasil ceritaku
akan merubah pandangan orang yang baca ini yang sebelumnya berpikir jika pustaka adalah tempat yang kuno dan sebagainya menjadi berpikir jika pustaka adalah
tempat yang gaul abis. Ini aku
dedikasikan untuk para anak muda yang katanya gaul, tapi engga pernah ke pustaka. Kamu belum gaul kalau belum ke pustaka
.
.
Kami
(red: Mahasiswa Unsyiah) menyebutnya Pustaka Unsyiah. Gedung lantai tiga yang
berwarna putih ini sungguh berkelas walaupun kita baru melihatnya dari luar
bangunan. Pilar-pilar tinggi yang gagah berwarna senada sangat cocok dijadikan
tempat foto prewedding. Eh? Maaf salah fokus, kembali ke topik. Pilar-pilar itu
semua berjumlah enam buah. Ada tulisan yang menempel di atasnya. PERPUSTAKAAN
PROF. DR. H. ABDULLAH ALI, M.SC UNIVERSITAS SYIAH KUALA. Ya, tu adalah nama
asli dari Pustaka Unsyiah. Nama yang diambil dari salah satu nama Rektor
Unsyiah.
(sumber:
Pribadi)
Ini
nih, tampak depannya
(sumber:
Pribadi)
(sumber:
Pribadi)
Tulisan
ini ada di depan.
(sumber
: Pribadi)
“Knowledge is
free at our library.
Just bring your
own container”
Kemudian
di dalam gedungnya. Bagian dalam gedung inilah yang akan kuceritakan dan menjadikan
ini bagian spesialnya, menurutku. Aku sengaja tidak memfotokan apa-apa mengenai
bagian dalam gedung, agar kalian semakin penasaran. Tega ya? Kuy (red: ajakan untuk ikut serta)
langsung saja:
1.
Buku
Tidak jauh berbeda
dengan pustaka pada umumnya. Buku di tempat ini pun beragam. Selain buku kuliah,
juga ada novel dan jurnal-jurnal. Sekarang pinjam buku boleh sampai tujuh buah,
bukan tiga seperti kemarin. Amazing ‘kan?
Untuk meminjam buku hanya perlu memiliki kartu anggota Pustaka Unsyiah.
2.
Mesin
pencari
Buku di pustaka tersebar
hingga ke lantai tiga. Pasti ribet
kalau mau cari satu buku di antara ribuan buku. Nah, ini nih gunanya
mesinnya untuk mencari buku yang dimaksud ada di lantai berapa dan rak apa.
Kita hanya perlu memasukka kata kunci atau judul buku yang akan dicari dan
menekan enter, lalu hasil pencariannya
akan muncul. Mesin ini berupa komputer-komputer yang dikhususkan sebagai mesin
pencari dan ada di setiap lantai. Efesien ‘kan?
3.
Mesin
Peminjaman Buku
Setelah mendapatkan
buku yang dicari, selanjutnya adalah meminjam buku. Kuy ke lantai satu lagi. Mesin ini hanya ada di lantai satu.
Bentuknya sama seperti mesin ATM. Sebelum meminjam pastikan ada kartu Pustaka Unsyiah ya, soalnya ada langkah di mana harus scan kartu anggota Pustaka Unsyiah
di mesin itu untuk bisa meminjam. Jangka waktu meminjam buku adalah dua minggu untuk
setiap buku.
4.
Mesin
Mengembalikan Buku
Kemudian mengembalikan
buku. Pakai mesin juga untuk balikan buku? Tentu. Mesin ini terletak di
sebelah kiri saat pertama kali memasuki perpus setelah lewat meja registrasi.
Hanya perlu meletakkan buku yang akan dibalikkan di atas meja yang ada tulisan
“Letakkan Buku di Sini” secara otomatis, monitor di sebelahnya akan
mendaftarkan buku yang telah dibalikkan, jangan lupa juga untuk ambil struck bukti kembalian buku.
5.
Makanan
Kalau biasanya di
mana-mana yang namanya pustaka, engga
boleh bawa makanan ke dalamnnya ‘kan? Nah, di sini beda. Kita boleh bawa
makanan ke dalam, namun dibatasi hanya boleh membawa makanan ringan. Kenapa?
Agar bau dari makanan engga
mengganggu pengunjung pustaka yang lain dan agar udara di dalam ruangan tetap
bersih. Jangan pula bawa nasi padang ke dalam pustaka.
6.
AC
Air
Conditioner (AC) di pustaka ini selalu nyala, bikin makin betah buat lama-lama di
sini.
7.
Wifi
Sama seperti AC yang
selalu hidup dan ada di setiap lantai, begitu juga WIFI. Wiih, lumayan cepat
kalau sepi.
8.
Libri
Cafe
Libri Cafe adalah
satu-satunya kafe yang berada di dalam gedung Pustaka Unsyiah. Berdampingan dengan kantin pustaka, Man
Corner. Di dalam pustaka ada kafe? Yup. Letaknya sebelah kanan sebelum tempat
registrasi. Desain ruangnya menarik dan begitu artistic, cocok untuk yang hobi selfie. Kalau penasaran mau liat bagaimana
kafe ini, datang aja.
9.
Relax
and Easy
Apa lagi nih? Relax and Easy adalah suatu program Pustaka Unsyiah yang menjadi wadah bagi mahasiswa, dosen, maupun lainnya yang ingin unjuk kebolehan diri.
Misalnya sulap, band, atau menyanyi solo. Relax and Easy ini diadakan setiap
hari rabu pukul 14.30 di lantai satu. Setempat dengan Man Corner dan Libri
Cafe. Jadi bisa nonton atraksi sambil ngemil
- ngemil.
Seru
dan terbukti ‘kan? Pustaka bukan lagi hal yang kuno sekarang. Aku bangga jadi
bagian dari Unsyiah. Sekarang engga
perlu khawatir kalau mau cari tempat untuk ngerjain
tugas kelompok. Pustaka Unsyiah lebih dari cukup untuk membuat nyaman saat
mengerjakan tugas, tidak harus pikir dua kali untuk itu. Dulu jika ada yang
bilang “kerjain di Pustaka Unsyiah aja kuy?”
jawabnya kurang lebih “ jangan terlalu formal, ganti tempat”. Tapi sekarang jika
ada yang bilang “kerjain di Pustaka Unsyiah aja kuy?” jawabnya lebih kurang “Kuy
lah”.